Festival Joko Dolog Surabaya 2025, Upaya Lestarikan Budaya Leluhur

Oplus 0

Surabaya,lintasskandal.com – Ribuan warga Surabaya tumpah ruah dalam kemeriahan Kirab Budaya Festival Joko Dolog Surabaya tahun 2025 yang digelar di halaman Situs Joko Dolok Jalan Taman Apsari Surabaya. Kamis (17/7/2025).

Acara yang berada di lingkungan warga RW 02 Embong Kaliasin, Kecamatan Genteng ini menjadi bukti nyata semangat gotong royong dan komitmen bersama dalam upaya untuk melestarikan warisan budaya leluhur.

“Festival Joko Dolog Surabaya 2025 ini adalah bukti nyata semangat gotong royong warga sekitar dan berbagai elemen masyarakat serta dukungan langsung oleh Himpunan Penghayat Kepercayaan ( HPH) yang hadir dari berbagai kabupaten / Kota di Jawa timur.

Festival Joko Dolok Surabaya 2025 tersebut, di tandai dengan Kirab Budaya yang mengambil rute dari Situs Arca Joko Dolog menuju Jalan Basuki Rahmat, Taman Apsari, dan kembali ke lokasi awal, dengan menampilkan beragam elemen budaya yang memukau.

Diantaranya, iring iringan Seni Jaranan, penampilan kostum adat warga setempat dan Gunungan setinggi dua meter yang terdiri dari produk makanan yang di kemas menyerupai gunungan diarak keliling .

Salah satu momen yang paling ditunggu adalah berhentinya arakan gunungan yang terdiri dari produk makan dan minuman tersebut langsung ludes di serbu oleh warga.

“Tradisi ini melambangkan rasa syukur atas keberlimpahan rijeki dari Tuhan Yang Maha Esa dan semangat berbagi kepada sesama,” ucap Wardi Warga Kaliasin

“Acara ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi wadah untuk memperkuat identitas budaya Surabaya dan memupuk rasa cinta terhadap warisan leluhur,” ujar dia.

” Tradisi ini melambangkan rasa syukur atas keberlimpahan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa dan semangat berbagi kepada sesama,” ujar Wardi, warga Kaliasin.

Baca juga :  Wabup Sidoarjo Ajak Pemudik Manfaatkan Posko Mudik BPJS Kesehatan di Terminal Purabaya

Selain hiburan, acara ini juga membawa pesan mendalam untuk memperkuat identitas budaya Surabaya dan meningkatkan rasa cinta terhadap warisan leluhur.

Sementara itu, Romo Hadi Prajoko, Ketua Umum HPH, menyoroti pentingnya menjaga kemurnian budaya lokal dari pengaruh dominan luar.

” Pikiran kita jangan sampai terinfeksi peradaban Arab di sebelah kanan, dan kebudayaan Barat di sebelah kiri. Kalau itu terjadi, kita tidak akan pernah menemukan jati diri sebagai bangsa,” tegas Romo Hadi.

Ia menekankan, kirab budaya seperti ini bukan sekadar parade, melainkan momentum strategis menjadikan budaya lokal sebagai “kiblat kebudayaan dunia”.

Lebih lanjut, Romo Hadi mengkritisi simbol kota Surabaya yang menggunakan ikon buaya dan ikan hiu. Menurutnya, hal tersebut adalah kekeliruan tafsir terhadap makna sejati “Suroboyo”.

“Suro bukan ikan, Boyo bukan buaya. Suro adalah Suro Joyodiningrat Lebur Ing Pangastuti dan Boyo adalah usaha menghilangkan marabahaya. Ini tertulis dalam Serat Panji,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya memahami tujuh pupuh serat lontar warisan para Brahmana dari kawasan Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik untuk menjauhkan kota dari bencana dan kemerosotan nilai.

Agung, Sekjen HPH, menyampaikan bahwa Sebuah Kebudayaan mengandung tiga aspek :

1. Kebudayaan sebagai seni yang dinikmati keindahan estetikanya,

2. Kebudayaan sebagai panduan hidup yang berisi nilai-nilai kawruh luhur dan ajaran kebaikan

3. kebudayaan sebagai ritus-ritual yaitu membangun hubungan manusia, alam, dan Tuhan. Ucap Agung

Festival Joko Dolog Surabaya 2025 menjadi salah satu langkah konkret dalam menghidupkan kembali nilai-nilai tersebut di tengah arus modernisasi yang terus berkembang.

Selain itu, Festival ini bukan hanya ajang selebrasi, tetapi juga panggilan untuk refleksi budaya dan kesadaran kolektif. Semangat gotong royong, penghargaan terhadap kearifan lokal, serta dorongan untuk mengkaji ulang makna simbol dan identitas, menjadi roh utama dari perhelatan budaya ini.

Baca juga :  Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo Sampaikan Visi-Misi: Menuju Metropolitan Inklusif, Berdaya Saing, dan Berkelanjutan

“Kalau bukan kita yang menjaga dan merawat budaya leluhur, siapa lagi?” ujar salah satu panitia dengan penuh semangat. (Zaq)

Leave a Reply